TERPERCAYA MENYINGKAP BERITA

SEJARAH NKRI,Jasmerah(Jangan Sekali Pernah Melupakan Sejarah) — Pada Zaman penjajahan ada begitu banyak pahlawan yang dengan gigih memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Mereka tak tanggung-tanggung mengorbankan jiwa dan raga mereka demi kejayaan Tanah Air tercinta.

Beberapa dari mereka yang mengorbankan nyawa demi kejayaan ibu pertiwi ternyata hingga kini tak diketahui keberadaan jasadnya. Ada yang gugur saat bertempur di tengah laut, adapula yang gugur setelah digantung oleh penjajah dan jasadnya dibuang entah ke mana.

Kami kemudian merangkum tujuh pahlawan yang jasadnya masih misterius. Siapa sajakah mereka?

1. Pattimura

Orang-orang lebih mengenalnya dengan panggilan Pattimura, namun nama sebenarnya adalah Thomas Matulessy. Pattimura adalah salah satu pahlawan yang diabadikan dalam salah satu mata uang Republik Indonesia, dia menjadi ikon di uang seribu rupiah. Gelar Kapitan itu bukan gelar ketentaraan tapi gelar di dalam tatanan pemerintahan raja di Maluku.

Pattimura dilahirkan di pulau Saparua, Maluku, pada 8 Juni 1783. Saat ia berusia 34 tahun ia menjadi panglima perang untuk mengusir Belanda yang masuk kembali menjajah tanah Maluku. Pada tahun 1816, Inggris menyerahkan kekuasaannya kepada Belanda, lalu Belanda dengan VOC-nya kemudian berlaku semena-mena kepada rakyat Maluku. Rakyat Maluku pun melawan penjajah itu di bawah pimpinan Kapitan Pattimura.

Pertempuran pun terjadi sepanjang tahun 1817, namun pada akhirnya Pattimura ditangkap dan digantung di Ambon pada tanggal 16 Desember 1817. Hingga kini tidak ada yang tahu di mana Kapitan asal Maluku ini dimakamkan. Ada beberapa sumber yang menyebutkan Pattimura meninggal terus jasadnya memang dibuang ke sebuah tempat pengasingan di Maluku dan digantung di Benteng Victoria. Dia, dibuang ke daerah Pulau Buru atau Pulau Tiga.

Jadi jasadnya kemungkinan besar ada di sana. Pulau Buru ini memang jadi favorit Belanda buat buang orang orang Indonesia yang “ngeberontak”.

Pattimura itu bukan orang biasa. Banyak yang menyangka dia orang biasa yang hanya jago perang. Sebetulnya, ketika Inggris berkuasa Pattimura sudah masuk militer. Pangkat terakhir Pattimura sebelum sebelum gugur adalah mayor.

2. Yos Soedarso

Nama lengkapnya adalah Laksama Madya TNI Anumerta Yosaphat Soedarso, pahlawan kelahiran Salatiga pada 24 November 1925 ini lebih akrab dipanggil Yos Soedarso.

Yos Soedarso gugur saat ia menakhodai KRI Macan Tutul dalam operasi militer rahasia pada 15 Januari 1962 di Laut Aru.

Operasi itu bertujuan untuk mencari informasi tentang kekuatan armada militer Belanda dalam rangka pembebasan Irian Barat. Operasi militer itu gagal setelah pesawat patroli Belanda mengetahui keberadaan KRI Macan Tutul dan dua kapal lainnya yakni KRI Harimau dan KRI Macan Kumbang.

Yos Soedarso kemudian memerintahkan kapal-kapal lainnya untuk mundur, namun mesin kapal miliknya tiba-tiba mati, sehingga akhirnya Yos Soedarso memutuskan untuk mengorbankan dirinya agar KRI Harimau dan KRI Macan Tutul bisa meloloskan diri. KRI Macan Tutul kalah telak karena notabene kapal tersebut tak bersenjata.

Kapal itu kemudian karam bersama Yos Soedarso dan 24 anak buahnya. Sementara, 53 orang lainnya dari KRI Harimau dan KRI Macan Kumbang berhasil selamat. Hingga kini jasad Komodor Yos Soedarso tak ditemukan, ia ditelan Laut Aru.

Untuk mengenang jasanya Yos mendapat gelar pahlawan nasional dari pemerintah RI, nama Yos Sudarso juga diabadikan sebagai nama banyak sekolah Katolik di berbagai daerah. Yos memang seorang penganut Katolik taat yang mengabdikan karier dan hidupnya untuk Indonesia.

3. Soeprijadi
Ia lebih dikenal dengan sebagai Sodhanco Soeprijadi. Pahlawan berparas tampan ini lahir di Trenggalek, Jawa Timur, pada 13 April 1923.

Pada 14 Februari 1945, Soeprijadi memimpin pemberontakan pasukan Pembela Tanah Air (PETA) di Blitar terhadap Jepang. Namun sayang pemberontakan itu berhasil diredam oleh Jepang. Pasukan PETA yang ditangkap ada yang dihukum mati ada pula yang di penjara.

Hingga saat itu Soeprijadi menghilang, tak ada yang mengetahui keberadaannya, apakah dia ditangkap atau berhasil meloloskan diri. Namun dalam sebuah catatan ditulis Soeprijadi tidak ditangkap oleh Jepang, ia berhasil melarikan diri, namun keberadaannya hingga kini tak diketahui dan masih menjadi misteri yang belum terpecahkan.

4. I Gusti Ketut Jelantik
I Gusti Ketut Jelantik adalah pahlawan dari tanah Karangasem, Bali. Pahlawan yang memiliki peran dalam perang Jagaraga di tahun 1849 ini adalah patih Kerajaan Buleleng.

I Gusti Ketut Jelantik dikenal sangat anti terhadap Belanda. Kala itu seluruh anggota kerajaan dan rakyatnya bertarung mempertahankan daerahnya sampai titik darah penghabisan. Namun akhirnya ia harus mundur ke Gunung Batur, Kintamani. Luasnya daerah gunung ini membuat jasad beliau tak dapat ditemukan dan sampai saat ini tidak ada yang tahu dimana I Gusti Ketut Jelantik dimakamkan.

5. Martha Christina Tiahahu

Martha Christina Tiahahu adalah pahlawan yang berasal dari Desa Abubu, Pulau Nusalaut, Maluku. Martha ikut ambil andil dalam perang Pattimura bersama ayahnya Paulus Tiahahu dan Thomas Matulessy. Di usianya yang masih sangat muda, yakni 17 tahun, Martha dikenal sangat berani dan gigih melawan penjajah. Setelah ayahnya divonis tembak mati oleh Kolonial Belanda, Martha terus bergerilya di hutan.

Namun sayang, srikandi ini juga akhirnya harus tertangkap dan diasingkan ke Pulau Jawa. Martha menemui ajalnya di atas kapal Eversten milik Belanda, dan jasadnya dibuang ke Laut Banda tanggal 2 Januari 1818. Hingga kini jasadnya masih belum ditemukan.

6. Slamet Rijadi

Nama lengkapnya adalah Ignatius Slamet Rijadi, dia adalah prajurit TNI berpangkat Brigadir Jenderal. Usai berakhirnya revolusi tahun 1950, Slamet Rijadi dikirim ke Maluku untuk memerangi Republik Maluku Selatan.

Setelah melakukan perlawanan selama beberapa bulan di Maluku, Slamet Rijadi gugur tertembak. Kala itu usianya masih sangat muda, yakni 23 tahun. Pahlawan kelahiran Surakarta 26 Juli 1927 ini tewas pada 4 November 1950. Penembakan itu membuat jasad Slamet Rijadi tak bisa ditemukan, apalagi kala itu ada operasi ketat dari pemerintah kolonial Belanda di Tanah Maluku.

7. Moewardi

Moewardi adalah seorang dokter lulusan sekolah STOVIA, yang kemudian melanjutkan pendidikan kedokteran spesialisasi Telinga Hidung dan Tenggorokan (THT). Moewardi banyak mengambil peran saat Proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945.

Moewardi dikenal sebagai dokter yang lebih senang menolong rakyat kecil hingga mendapat julukan dokter gembel. Selain mengabdi sebagai dokter, Moewardi juga aktif melawan aksi-aksi PKI. Ada dugaan dibunuh dalam peristiwa pemberontakan PKI di Madiun sekitar bulan Oktober tahun 1948. Hingga saat itu keberadaan jasadnya tak pernah diketahui.

Moel  Editor Redaksi Tabir.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *