Karena peristiwa itu, semua perwakilan angkatan kembali ke markasnya masing-masing. Tanggal 3 Oktober, tepatnya pukul 21.00 WIB, Markas KKO didatangi oleh Kapten Sukendar dari Kostrad. “Dia mencari kami untuk menolong jasad di lubang buaya. Lalu kami siapkan alat-alat yang dibutuhkan, alat selam, tali balok sampai tengah malam. Jam 1 malam kami menuju Halim (Lubang Buaya),” ucap Sugimin.
Dikatakannya, mereka baru diizinkan masuk pada pukul 11.00 WIB setelah rombongan Jenderal Suharto mendatangi Lubang Buaya. “Tim KKO yang melakukan tugas agak ragu turun ke lubang karena jika ini benar tempatnya, maka musuh tentu sudah menyiapkan peledak di dalam. Yang jelas setelah turun ke dalam posisi korban 90% kakinya posisi di atas. Kalau diangkat wajar tidak bisa bisa, harus diakali dengan tali dan dokter berpesan tidak boleh mengikat leher,” papar Sugimin.
Perlu diketahui diameter dari sumur tersebut hanya 75 cm dengan kedalaman sekitar 12 meter. “Yang pertama diangkat adalah Tendean dan terakhir Brigjen Panjaitan. Mereka penuh dengan kotoran darah mereka sendiri. Kok ada orang yang kejam seperti itu,” katanya sedih.