
WAK WAW “Anggaran Perawatan Hampir 300 Juta, WC-Pun Tak Bertutup”
BEKASI-DUNIA PENDIDIKAN-GENERASI PENERUS ANAK BANGSA-Tabirnews.com–“Sekolah adalah entitas dari Dinas Pendidikan, sebagai bagian dalam penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas.
Dari sekian banyak elemen pendidikan, yang paling dikedepankan adalah pendidikan karakter. Jadi, sekolah bukan saja menjadi tempat untuk mendapatkan pengajaran, tapi lebih kepada unsur pendidikan karakternya. Dan, kejujuran, serta keterbukaan menjadi suatu hal yang wajib ditanamkan kepada para siswa sebagai calon generasi penerus.
Semua itu, berada di pundak kepala sekolah. Sebagai pimpinan tertinggi dalam satuan pendidikan, kepala sekolah harus dapat berada di 3 posisi secara bersamaan. Di depan sebagai pemimpin dan pemberi arah kebijakan. Ditengah sebagai unsur perekat dan pemersatu, sehingga organisasi berjalan dalam satu kesatuan gerak langkah. Dan di belakang sebagai pendorong, motivator dan penopang satuan pendidikan agar dapat berjalan dengan cepat ke arah yang diinginkan.
Tapi apa lacur, bila seorang kepala sekolah diselimuti dengan kepalsuan, kebohongan, ketertutupan dan manipulasi. Generasi apa yang akan lahir dari sebuah satuan pendidikan yang dipimpin oleh kepala sekolah seperti ini?
Berdasar pada informasi seorang pendidik di sebuah SMP Negeri di kota Bekasi, awak media kemudian datang langsung meninjau, memastikan kebenaran informasi yang masuk. Dan apa yang ditemukan, sangat mengejutkan, dan membuat awak media terperangah.
Bagaimana sekolah yang begitu besar dan megah terlihat dari luar, ternyata sangat bobrok, baik sarana dan prasarana sekolah, hingga atmosfir kerja di intern sekolah.
Tahun 2019, sekolah ini, sesuai laporan realisasi BOS 2019, menghabiskan total sampai Rp. 269.107.800 (dua ratus enam puluh sembilan juta seratus tujuh ribu delapan ratus rupiah) untuk Pemeliharaan dan Perawatan Sarana dan Prasarana Sekolah. Namun, dengan anggaran sebesar itu, sekolah tidak mampu mengganti daun pintu toilet siswa putri. Dan, yang membuat miris, salah satu toilet itu ditutup pakai kain gorden yang dibawa sendiri dari rumah salah satu siswa.
Hasil wawancara awak media dengan guru di sekolah itu terungkap, bahwa kondisi ini sudah cukup lama berlangsung. Jadi, siswa putri harus saling bergantian menjaga di luar toilet bila ingin sekedar buang air kecil. Dan keadaan semakin diperparah dengan tidak mengalirnya air dengan baik. Bahkan sudah lebih dari seminggu air mati tidak mengalir. Membuat aroma toilet menebarkan bau tak sedap sampai ke ruang guru.
Guru itu pun terang-terangan mengungkapkan kekesalannya. Dia hanya seorang guru dan sangat tidak tahu anggaran yang dikelola oleh sekolah, baik jumlah dan peruntukannya.
“Saya tidak tahu anggaran sekolah, bang. Yang tahu itu cuma Kepala Sekolah dan Bendahara. Selebihnya tidak ada yang tahu. Dan kalau pun toilet siswa putri seperti ini, kita sudah sampaikan, tapi baik bendahara dan kepala sekolah selalu bilang, sekolah tidak punya uang,” ungkap guru itu.
Bagaimana hal ini bisa terjadi, mungkin hanya kepala sekolah dan tuhan-nya yang tahu. Tapi, bagaimana hal ini dibiarkan saja. Karena, sekolah sudah menganggarkan perbaikan dan perawatan sarana prasarana dengan angka selangit. Dan anggaran itu sudah melalui tahapan asistensi di Dinas Pendidikan, BPKAD, Itko. Lalu, apakah 3 instansi itu diam dan duduk manis saja, tidak melakukan verifikasi. Cek ke lokasi dan memastikan anggaran itu terserap sesuai perencanaan.
Ini menjadi preseden buruk, lemahnya pengawasan dari 3 dinas terkait. Dan, yang pasti, ada siswa-siswa yang harus menelan pil pahit dari ketidak becusan Disdik, BPKAD dan Itko dalam mengawal Pendidikan yang berkualitas.
LAPORAN KHUSUS : TEAM WS / TEAM TN